Trail, dan Potongan Kenangan Masa Lalu
- trail480.jpg
SEBUAH sepeda motor model trail diparkir di halaman rumah sekaligus warung istri saya, di Serengan Gang II/42, Kota Solo, Jawa Tengah. Pemiliknya berada dalam warung, menyantap seporsi selat, makanan andalan Warung Selat Mbak Lies. Saya merasa gatal untuk memotret trail tersebut.
Begitulah. Setiap kali melihat sepeda motor yang biasa dipakai berlaga di arena motocross ini, pikiran saya memang tak bisa ditahan untuk mengenang sebagian potongan masa lalu saya. Pasalnya, saya juga pernah mengendarai trail.
Kala itu, saat masih menjadi reporter Harian Surya di Kota Solo, sekitar tahun 1994 sampai akhir 1998, saya naik Yamaha DT 100cc. Meliput ke mana saja, di dalam kota —misalnya ke kantor pemkot, gedung dewan, kantor polisi, atau ke kampus— saya kendarai sepeda motor buatan tahun 1976 tersebut.
Buatan 1976? Benar. Trail saya memang motor tua. Tapi, kala itu, tidak butut karena saya openi baik-baik. Hampir semua bagian trail tersebut sudah saya ganti dari aslinya —kecuali tangki, selebor belakang, setang dan dalangan alias chasis.
Tentu tak banyak wartawan di Solo yang naik trail pada kurun waktu menjelang Soeharto lengser pada 1998 tersebut. Tak heran, waktu itu keberadaan saya sebagai jurnalis gampang dikenali sehingga kalau pas ada razia kendaraan bermotor, misalnya, polisi membiarkan saya lewat begitu saja….
(Tetapi, jangan salah duga. Meski motor tua, bukan berarti trail saya tak bersurat. STNK dan BPKB lengkap. Saya juga punya SIM. Namun, memang, sih, kala itu trail saya termasuk protholan, tanpa lampu sein alias reting dan spion. Namanya juga trail, hehehehe).
Waktu berjalan, sampai pada akhir Juli 1998, sekira dua bulan sesudah Presiden Soeharto jatuh, saya dipindahtugaskan ke Kota Jakarta. Sepeda motor trail pun saya tinggal di Solo.
Karena tidak ada lagi yang nunggang motor yang saya ‘pensiunkan’ di Solo itu, beberapa bulan kemudian akhirnya saya putuskan menjualnya. Dan kini, sekitar 10 tahun kemudian, pada November 2008, sebuah sepeda motor model trail diparkir di halaman rumah sekaligus warung istri saya. Saya jadi merasa gatal untuk memotret trail tersebut ….